Depan Profil Deskripsi Singkat

Deskripsi Singkat

Desa Singkup secara administrasi merupakan salah satu desa dalam wilayah kecamatan Japara Kabupaten Kuningan, dengan batas – batas wilayahnya yaitu sebelah utara berbatasan dengan Desa Japara, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Dukuhdalem, sebelah barat berbatasan dengan Desa Japara, sebelah timur berbatasan dengan Desa Cengal. Luas wilayah seluruhnya adalah 147,340 Ha, dan berada pada ketinggian 300 – 400 mdpl dengan iklim tropis dan secara administratif terdiri dari 2 RW dan 5 RT yang dibagi menjadi 2 Dusun.

1.1.1  Sejarah Desa/Risalah

Berdasarkan keterangan dari para sesepuh pendahulu Desa Singkup, bahwa Desa Singkup sebelumnya bernama “Paimahan” yang letaknya ± 1,5 km kearah timur dari pusat pemerintahan sekarang.

 

 

A.   PAIMAHAN

Alkisah kampung Paimahan didirikan oleh seorang tokoh bernama Ki Sayama, konon ki sayama mempunyai seorang putrid yang cantik jelita bernama Nyimas Andayasari. Letak kampong paimahan berada tepat dipinggir sungai cipogor sebelah selatan desa wano sekarang ini.

Mata pencaharian penduduk paimahan umumnya bercocok tanam dan berternak, karena keuletan penduduk kampong paimahan banyak lahan yang tadinya kurang produktif berubah menjadi lahan pertanian yang sangat subur, sehingga tingkat perekonomian kampong paimahan menjadi sangat berkecukupan.

Seiring dengan berjalannya waktu Nyimas Andayasari kecil beranjak dewasa dan menjadi seorang gadis yang sangat cantik jelita sehingga banyak pamuda dari kampong lain yang datang ke kampong paimahan untuk meminang Nyimas Andayasari atau hanya sekedar ingin melihat dari dekat kecantikan Nyimas Andayasari.

Karena saking banyaknya pemuda yang ingin meminang Nyimas Andayasari, hal ini menimbulkan kekhawatiran bagi Ki Sayama karena apa bila ada salah satu pemuda yang diterima pinangannya maka pamuda yang lain akan merasa tidak puas dan di khawatirkan akan mengancam keselamatan jiwa putrinya dan keluarganya, sehingga pada suatu hari Ki Sayama memerintahkan seluruh penduduk untuk meninggalkan kampong paimahan dan mencari tempat yang singkur (tersembunyi) untuk dijadikan tempat pemukiman yang baru.

 

B.   SINGKUP

Dalam perjalanan menuju tempat yang singkur (tersembunyi) Ki Sayama memerintahkan pengikutnya untuk beristirahat disuatu tempat sementara Ki Sayama sendidri bertapa diatas sebongkah “mungkal” (batu) untuk mendapatkan petunjuk dimanakah kiranya tempat yang cocok untuk dijadikan pemukiman yang baru. Setelah beberapa hari bertapa akhirnya Ki Sayama pun mendapatkan wangsit (petunjuk), bahwa disitulah Ki Sayama dan pengikutnya harus menetap dan membangun kembali pemukiman yang baru dengan diberi nama kampong singkup yang berasal dari kata singkur yang berarti tersembunyi, sedangkan batu yang dipaki oleh Ki Sayama bertapa oleh penduduk dinamai mungkal Kakapa (batu tempat bertapa).

Pada awalnya kampong singkup berada disebelah timur pusat pemerintahan sekarang, karena Ki Sayama memerintahkan untuk mendekati sumber mata air. Sumber mata air yang pertama kali ditemukan adalah ciburial (burial = air yang keluar dari dalam tanah dengan sendirinya) tapi karena air yang keluar tidak cukup besar /kecil maka oleh Ki Sayama dinamai ciburihil.

Ki Sayama tidak puas dengan penemuan sumber mata air yang kecil Ki Sayama pun memerintahkan penduduknya untuk mencari sumber-sumber mata air yang lainya, dan tidak lama berselang sumber-sumber mata air yang lainya ditemukan diantaranya Bah lombang ( dekat sungai ). Cikondang. Cibuah. Ciwaru. Cidulang. Huludapung. Dan Ciranca yang mana apabila ditarik garis antara mata air yang satu dengan yang lainnya maka akan terbentuk sebuah lingkaran dimana didalamnya adalah perkampungan singkup.

Dengan banyaknya sumber mata air dan letaknya yang mengelilingi perkampungan maka singkup tidak pernah kekurangan air meskipun pada waktu musim kemarau panjang, oleh sebab itu banyak dari para sesepuh yang mengatakan bahwa kata singkup berasal dari kata “singcukup” (semoga cukup) karena keberadaan mata air yang berlimpah tersebut.

Waktu demi waktu berlalu keadaan kampong singkup terus mengalami perubahan yang sangat pesat tapi tidak dengan Nyimas Andayasari, beliau sering merenung dan selalu menyendiri.

Tempat yang biasa dipakai oleh Nyimas Andayasari merenung adalah sebuah tempat yang cukup stategis dengan pemandangan yang sangat indah dan terdapat bongkahan-bangkahan batu besar diatas batu besar itulah Nyimas Andayasari merenung sambil sesekali “ngalemar” (ngalemar makan sirih pinang) sehingga tempat tersebut bernama lemar yang berlokasi dipinggir kampong singkup dan sekarang lebih popular dengan sebutan batu lamar.

Ki Sayama pun merasa pun merasa gundah melihat prilaku putrinya yang berubah, dengan segala cara Ki Sayama merayu putrinya agar mau berterus terang akan permasalahan yang sedang dihadapinya, namun segala cara yang dilakukan Ki Sayama semuanya tidak membuahkan hasil, Nyimas Andayasari tetap bungkam seribu bahasa.

Sementara itu para pemuda yang sudah terlanjur tertarik oleh Nyimas Andayasari, pada akhirnya mengetahui keberadaan Nyimas Andayasari yang sekarang menetap di kampung SINGKUP. Sehingga para pemuda dari berbagai pelosok kembali berduyun duyundatang ke kampung singkup untuk berusaha mendapatkan cinta sang putri,namun tidak ada seorangpun yang di pilih oleh Nyimas Andayasari karena nyimas Andayasari selalu diam membisu dan tidak pernah menjawab pinangan para pemuda. Untuk menghindari hal hal yang tidak di inginkan ki samaya akhirnya memutuskan untuk menyembunyikan Nyimas Andayasari ke tempat yang tidak di ketahui umum

Karena nyimas Andayasari adalah seorang wanita cantik jelita(geulis)maka tempat persembunyian itu pun di beri nama Buni geulis (Buni geulis= Persembunyian si cantik),Buni geulis kini menjadi sebuah desa yang terletak di sebelah utara desa Cikeleng. Setelah nyimas andaya sari di sembunyikan tidak lama kemudian Kisamaya pun kembali ke kampung singkup dan terus mambangun kampung singkup hingga akhir hayatnya.

Ki sayama dimakamkan di tempat pemakamam umum singkup, makam tersebut sampai sekarang masih dikeramatkan oleh warga desa singkup dengan sebutan MAKAM KIBUYUT SAYAMA. Di mukal kakapa tempat ki sayama bertapa terdapat sebuah batu yang di atasnya terdapat coretan mirip peta lokasi dan gambar telapak tangan.

Demikianlah sasakala desa singkup. Yang mana dapat ditarik kesimpulan bahwa Nama SINGKUP  berasal dari dua persi yaitu berasal dari kata SINGKUR yang Berarti TERSEMBUNYI. Dan bahasa ‘kirata’ SING CUKUP.

 

Berikut ini nama-nama Kepala Desa / Kuwu yang pernah mengabdikan diri yang berhasil kami himpun. Untuk masa pemerintahan setelah KI SAYAMA tidak kami tuliskan karena nama dan masa baktinya tidak diketahui :

 

No

Nama Kepala Desa / Kuwu

Masa Jabatan

Keterangan

1.

Satim

1872 – 1914 ( 42 tahun )

Kuwu Bintang

2.

Fajar

1914 – 1920 ( 6 tahun )

Kuwu

3.

Kandar

1920 – 1924 ( 4 tahun )

Kuwu

4.

Wijaya

1924 – 1961 ( 37 tahun )

Kuwu

5.

M.Sujaya

1961 – 1980 ( 19 tahun )

Kuwu/Kepala Desa

6.

Ahmad Supriyatna

1980 – 1985 ( 4½ tahun)

Kepala Desa

7.

Barnas

1985 – 1988 ( 3½ tahun)

Kepala Desa (PJS)

8.

Bustomi

1988 – 1998 ( 10 tahun )

Kepala Desa

9.

Deddy Sutiadi

1998 – 1999 ( 8 bulan )

Kepala Desa (PJS)

10.

Masra’uf Wijaya

1999 – 2007 ( 8 tahun )

Kepala Desa

11.

Basri

2007 – 2013 ( 6 tahun )

Kepala Desa

12.

Hadi

2013 – 2019 ( 6 tahun )

Kepala Desa

13

Sukirno

2019 – 2020 ( 6 Bulan )

Kepala Desa (PJS)

13

Mas’ud

2020 - 2026 ( 6 tahun )

Kepala Desa